Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian (Puslit) Geoteknologi mengupas sebanyak 45 makalah hasil riset para ilmuwan di bidang geoteknologi, Kamis (5/12), dalam acara Pemaparan Hasil Penelitian Puslit Geoteknologi LIPI 2013 bertajuk “Ilmu Kebumian untuk Kehidupan yang Lebih Baik” di Bandung Jawa Barat.
Sebanyak 45 hasil riset tersebut terbagi ke dalam tiga bidang, yakni pengurangan risiko bencana gempa bumi dan gerakan tanah, penanggulangan kelangkaan air dan degradasi lingkungan, serta rekayasa mineral dan energi.
Beberapa riset menarik yang dipaparkan, antara lain aspek kualitas air dalam aplikasi sumur imbuhan. Kemudian, riset tentang karakteristik likuifikasi tanah pasiran berdasarkan metode microtremor di Kota Padang. Ada pula, riset mengenai pendayagunaan skala mmi (modified mercalli intensity) sebagai panduan tindakan kesiapsiagaan menghadapi gempa bumi. Selain riset-riset tersebut, hasil penelitian lainnya juga tak kalah menarik pula.
Kepala Puslit Geoteknologi LIPI, Dr. Haryadi Permana mengatakan, pemaparan berbagai hasil riset geoteknologi tersebut merupakan bagian dari rangkaian memperingati ulang tahun Puslit Geoteknologi yang ke-50 pada tanggal 1 Agustus 2013 lalu.
“Bukan hanya sebagai bentuk pertanggung jawaban semata, kegiatan ini diharapkan menjadi ajang bertukar pikiran antara kami (peneliti atau perekayasa) dengan para pemangku kepentingan, baik dari kalangan pemerintah, akademisi, masyarakat maupun kalangan dunia usaha,” katanya.
Solusi Masalah
Dikatakan Haryadi, tujuan utama kegiatan pemaparan tersebut untuk mengatasi permasalahan dan memberikan jawaban berbagai persoalan terkait bidang kebumian.
Dr. Eko Yulianto, Peneliti Puslit Geoteknologi LIPI sekaligus Programme Coordinator Science Communication and Public Policy Laboratory menambahkan, contoh hasil riset yang mengatasi persoalan ini adalah penciptaan ruang aman di rumah sebagai tempat berlindung ketika terjadi gempa bumi.
Menurutnya, pembuatan ruang aman tersebut berbiaya murah. Sayangnya, hal ini belum menjadi tema utama masyarakat dalam menyelematkan diri ketika terjadi gempa bumi.
Dia mengungkapkan, banyak masyarakat saat ini yang mempunyai rumah namun kualitasnya masih buruk. Tatkala gempa melanda, banyak yang tidak selamat. “Konsep ruang aman bisa dilengkapi dengan meja yang kuat, mebel atau kursi yang kuat,” tandasnya.
Ia menuturkan, meja besi bisa dipilih sebagai pelengkap ruang aman. Selain itu, meja kayu agar setiap sudutnya kuat dapat ditambah dengan besi penyangga. “Sehingga, meja tersebut akan berfungsi sebagai sarana evakuasi dini dengan berlindung di bawahnya saat gempa terjadi,” tutupnya.
Sumber : lipi.go.id
Post a Comment