BREAKING

Wednesday, January 15, 2014

Kurangi Banjir DKI: Perluas Parkir Air, Kurangi Bangunan di Pantai

Struktur bawah permukaan Jakarta, menurut pakar hidrologi, sebagian besar adalah wilayah pelepasan air tanah (discharge area) sebanyak 75 persen, dan sisanya daerah resapan air yang kini menjadi tempat bangunan di atasnya. Lantas, bagaimana cara mengurangi banjir di Jakarta?

Adalah pakar hidrologi dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Dr Ir Robert M Delinom MSc yang memaparkan kondisi struktur bawah permukaan Jakarta dalam artikel ilmiahnya 'Bisakah Banjir Jakarta Dikurangi?' yang dikutip detikcom dari situs lipi.go.id, Rabu (15/1/2014).

"Dari analisis kondisi geologi Cekungan Jakarta yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Bandung, kondisi geologi di selatan Jakarta ikut berperan sebagai penyebab banjir," demikian tulisnya.

Ada yang namanya Formasi Bojongmanik di bawah muka tanah yang menyebar dari Serpong sampai Cibinong. (Formasi Bojongmanik adalah struktur geologi yang batuannya terdiri dari perselingan antara batu pasir dan lempung pasiran, batu gamping, batu pasir tufaan, konglomerat dan breksi andesit, red)

Formasi Bojongmanik ini bertindak sebagai dam atau bendungan bagi air tanah yang mengalir dari daerah tinggian di selatan Jakarta. Nah, air dari dam air tanah itu akan keluar ke permukaan sepanjang Serpong-Cibinong, menambah pasokan air permukaan yang mengalir ke hilir, Jakarta dan sekitarnya.

"Dalam kondisi jenuh air, hampir semua air hujan yang turun di bagian hulu akan menjadi air permukaan yang lari kemana-mana karena kapasitas sungai dan drainase yang ada sudah tak mencukupi. Banjir, lah. Istilahnya sekarang, air menggenang di mana-mana," demikian papar Robert.

Dari analisis temperatur bawah permukaan dan isotop stabil, para peneliti menyimpulkan bahwa dataran Jakarta hampir 75 persennya daerah pengeluaran air (discharge area). Jadi air memang lebih cenderung mengalir di permukaan daripada pada meresap masuk. Sementara daerah yang tadinya berperan sebagai daerah resapan air (recharge area), sekitar 25 persen dari luas Jakarta, sudah berubah menjadi kompleks bangunan yang kapasitas meresapkan air menjadi sangat sedikit.

"Jadi meskipun tidak ada kiriman dari Puncak dan Bogor, di Jakarta bila ada hujan cenderung akan terjadi banyak genangan di daerah-daerah yang lebih rendah. Karena endapan di Jakarta adalah endapan delta yang didominasi endapan sungai dan endapan pantai," tutur Robert.

Di daerah ini aliran air kadang tak terduga dan kecenderungan tanah ambles juga tinggi. Endapan delta biasanya unconsolidated ditambah ekploitasi air tanah yang berlebihan, bangunan yang sangat masif dan berat, semua akan memicu terjadinya amblesan yang akan menambah dalam daerah genangan.

Cara Kurangi Banjir

Jadi bila kondisi bawah tanah Jakarta adalah daerah pelepasan air, bagaimana cara mengurangi banjir di Jakarta? Robert memberikan beberapa saran yakni:

  1. Memaksimalkan fungsi kedua kanal banjir (Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur).
  2. Memperdalam dalam dasar 13 sungai yang mengalir melintasi Jakarta.
  3. Perbaikan drainase di tepi jalan-jalan raya.
  4. Memperluas dan memperdalam daerah yang bisa dipakai air untuk parkir, dengan perbaikan kondisi sungai, pembuatan kanal atau saluran drainase yang lebih banyak.
  5. Mengurangi pembangunan resort di tepi pantai, karena tanpa disadari daerah yang dipenuhi oleh bangunan di tepi pantai secara tidak sengaja bertindak sebagai penghalang air untuk mengalir lepas ke laut dan menyebabkan banjir beberapa saat di daerah yang terletak di belakangnya.

Sumber : detik.com

Motto""

"LIPI BARU PASTI"
PASTI = Professional, Adaptive, Scientific integrity, Teamwork, Inovative
BARU = Being Accountable, Responsible, Utilizing resources.

Post a Comment

 
Copyright © 2013 Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian