Peneliti Pusat Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PMB-LIPI), Dedi Supriadi Adhuri, menegaskan saat ini sudah terjadi over eksploitasi kekayaan laut Indonesia.
Jika tidak terkontrol, eksploitasi besar-besaran kekayaan laut Indonesia dapat mempengaruhi rantai ketersediaan biologi-ekologi kelautan.
"Intinya, laut juga memiliki keterbatasan. Laut bahkan rentan terhadap tekanan. Baik itu tekanan dari faktor alam, maupun dari manusianya itu sendiri," kata Dedi, dalam kegiatan diskusi panel "Mengungkap Budaya Luhur Nusantara Menuju Peradaban Maritim Indonesia" yang digagas Yayasan Suluh Nuswantara Bakti, Sabtu (11/1).
Ditegaskan, kerentanan laut terhadap berbagai tekanan, termasuk eksploitasi, terjadi di kelautan Indonesia. Di sekitar Selat Malaka dan Laut Jawa, misalnya. Ditenggarai sudah menunjukkan gejala tangkap lebih yang sudah berlangsung sejak tahun 1970 hingga 1980-an.
Hasil kajian Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan yang sudah di SK-an Menteri Kelautan dan Perikanan RI (No 45/Men/2011) bahkan juga menunjukkan gejala tangkap sudah berlangsung di semua wilayah pengelolaan perairan RI.
Menurutnya, pengambilan hasil laut, baik itu yang dilakukan secara tradisional tetap akan mempengaruhi stabilitas sumber daya kelautan.
Oleh sebab itu, tetap harus ada koreksi, peningkatan kualitas dan usaha-usaha pemeliharaan terhadap praktek-praktek pengelolaan berbasis komunitas.
Peneliti Karbon kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), Alan F Koropitan, menuturkan trend kerusakan ekosistem pesisir (mangrove, terumbu karang dan lamun) paling signifikan terjadi di pesisir Utara Jawa dan Sekitar Bali.
"Kemungkinan diakibatkan oleh konversi Mangrove menjadi daerah tambak serta aktivitas pembangunan di pesisir Utara Jawa," kata Alan.
Untuk terumbu karang, dijelaskan, perubahan signifikan terlihat di Karimun jawa. Sedangkan luas cakupan Lamun hanya dapat dipastikan pada daerah Kepulauan Seribu.
Secara umum, perubahan ekosistem Mangrove dalam kurun waktu 1999 sampai 2003, mencapai -34,61 persen (berkurang). Untuk terumbu karang sekitar -8,15 persen.
Diingatkan, kerusakan ekosistem pesisir sangat penting untuk diperhatikan demi menjamin produktifitas perikanan. Mangrove pada prinsipnya merupakan daerah pemijahan dan asuhan bagi ikan, udang dan kerang-kerangan.
Menurut Alan, dalam studi kasus Laut Jawa menunjukkan keterkaitan aktivitas manusia dengan lingkungan sangat tinggi. Pembelajaran terhadap apa yang terjadi di Laut Jawa juga dapat terjadi di seluruh wilayah perairan Indonesia.
"Trend pertumbuhan penduduk dan perubahan iklim dapat menjadi ancaman bagi lingkungan laut. Terutama jika tidak ada upaya serius untuk memperbaiki dan dikelola secara tepat," kata Alan.
Sumber : beritasatu.com
Post a Comment