BREAKING

P2 Geoteknologi

P2 Metalurgi

P2 Oseanografi

P2 Laut Dalam

Latest Posts

Saturday, October 18, 2014

Iskandar Zulkarnain Resmi Jabat Kepala LIPI

Prof Dr Iskandar Zulkarnain yang sebelumnya sebagai Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian kini menjabat Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggantikan Prof Dr Lukman Hakim.
Pelantikan Kepala LIPI berlangsung di Auditorium LIPI, Jakarta, Jumat (17/10) malam, dilakukan oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Prof Dr Gusti Muhammad Hatta.

Menristek dalam sambutannya mengatakan bahwa pelantikan kali ini sangat istimewa karena untuk pertama kalinya Kementrian Riset dan Teknologi melaksanakan rekrutmen terbuka untuk pimpinan Lembaga Pemerintah Nonkementerian (LPNK), dan ini untuk pertama kalinya dilaksanakan oleh LIPI.

Hal ini, menurut dia, sejalan dengan Peraturan Menteri Menpan dan RB Nomor 13 tahun 2014 tentang tata cara pengisian jabatan pimpinan tinggi secara terbuka di lingkungan instansi pemerintah.

"Alhamdulillah pelaksanaan pola rekrutmen tersebut berjalan dengan baik, dan diikuti oleh sembilan calon, baik dari internal maupun eksternal sehingga Kepala LIPI terpilih Prof Dr Iskandar Zulkarnain telah melalui prosedur yang dilaksanakan dengan semangat reformasi birokrasi. Selanjutnya saya mengharapkan semua Kepala LPNK dan jajarannya mengikuti pola open bidding atau rekrutmen seleksi terbuka," ujar dia.

Hal istimewa lainnya pada pelantikan Kepala LIPI kali ini, menurut dia, karena dilaksanakan pada malam hari, hal ini dikarenakan Iskandar Zulkarnain baru kembali dari luar kota, sehingga pelantikan yang sedianya dilaksanakan pagi harus dilaksanakan pada malam harinya.

Prof Dr Ir Iskandar Zulkarnain dikukuhkan sebagai profesor riset bidang geologi dan geofisika pada Agustus 2013. Ia melakukan penelitian panjang pada batuan-batuan vulkanik di Pulau Sumatra, hasilnya diketahui melalui penelitian dengan pendekatan geokimia batuan, Pulau Sumatra bukanlah sebuah segmen homogen kerak benua seperti yang diyakini selama ini.



Thursday, September 11, 2014

LIPI Kembangkan Teknologi Penyerap Karbon

Gundukan batuan gamping di Kecamatan Kerek, Kabupaten Gresik itu menjadi perhatian ilmuwan dari Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pada batuan berukuran 50 meter kali 50 meter dengan kedalaman delapan meter, mereka menyuntikkan gas karbon dioksida (CO2).

Mereka sedang uji coba menerapkan teknologi karbonasi untuk menyerap gas karbon pada lokasi yang berdekatan pabrik Semen Indonesia di Gresik, Jawa Timur. “Potensi karbon yang terserap hingga mencapai 12,5 persen dari berat batuan gamping,” kata Kepala Tim Peneliti Geoteknologi LIPI, Anggoro T. Mursito kepada pers 11 September 2014 di Bogor.

Menurut Anggoro, teknologi itu membuat CO2 mengalami reaksi dan karbon akan tersimpan di dalam batuan gamping secara permanen. Memang, karbonasi terjadi bila karbon dioksida larut dalam air atau aqueous solution. Dalam bahasa lain, air dan gas karbon dioksida bereaksi untuk membentuk asam karbonat.

Penelitian di Gresik iklim merupakan salah satu bagian riset untuk mengembangkan teknologi alternatif penyerap karbon. Upaya ini masuk dalam kerangka mitigasi perubahan iklim yang disebabkan meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Salah satu gas itu adalah karbon dioksida.

Anggoro mengklaim LIPI berhasil mengembangkan beberapa teknologi untuk menyerap karbon. Lembaganya mengembangkan tiga cara, yaitu hanya mengalirkan gas karbon dioksida, memampatkan CO2 dengan bantuan suhu, dan yang terakhir dengan cara memampatkan dan menyedot kembali CO2.

Karbonasi merupakan teknologi yang dipakai menyerap karbon. Mereka juga menggunakan mineral clay dengan unsur sodium dan magnesium. “Dengan clay, efisiensi menyerap karbonnya sampai 1-11% dengan bantuan aktivator,” ujarnya.

Teknologi lainnya yaitu menggunakan limbah abu tandan kosong kelapa sawit. Limbah ini berasal dari pembangkit listrik tenaga uap biomassa yang memakai tandan kelapa sawit.

Menurut Anggoro, abu ini memiliki potensi menyerap CO2 hingga 25% pada suhu ruang. Penelitian menggunakan clay dan tandan kelapa sawit masih sebatas uji laboratorium. Anggoro menjelaskan penelitian dengan skala lebih besar dan lebih terperinci direncanakan dilakukan tahun depan. Itupun tergantung ada atau tidaknya dana, yang hingga saat ini belum jelas.

Budi Setiawan mengatakan riset ini bisa dijadikan salah satu skenario alternatif penurunan gas rumah kaca di Indonesia. “Sampai saat ini semua skenario berasal dari sektor kehutanan,” ujar Budi yang bertugas di Sekretariat RAN API (Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim) Bappenas.

Dia mengatakan jika hasil penelitian ini terbukti benar mampu secara potensial menyerap karbon, lembaganya akan memasukkan teknologi ini dalam skenario penurunan gas karbon. Sebelumnya Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas-gas rumah kaca sebesar 26 persen secara mandiri, dan sebesar 41 persen bila mendapat bantuan internasional.



Sumber : http://ekuatorial.com

P2 Limnologi

UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon

UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung

UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana Liwa

UPT Loka Pengembangan Bio Industri Laut Mataram

UPT Loka Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Oseanografi Pulau Pari

UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual

UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak

UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung

 
Copyright © 2013 Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian